Sunday, October 30, 2011

Cinta Jedag-Jedug (eps.1)

Pagi itu, di kantin sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri di LA (Lenteng Agung), dua orang sahabat berbeda kelamin sedang asyik berbincang.
Rey: "Pagi jeng!" (sambil menepuk bahu Ajeng lalu mengamati raut mukanya), suntuk sekali kau, kenapa kau ini?"
Ajeng: "Ya begitulah, aku sedang bingung memikirkan tugas dari Pak Abdullah. Banyak sekali! Kamu mau bantu aku?"
Rey: (mengelus dada) "Bisa diatur, wani piro?" (Tersenyum licik sambil memainkan jarinya -melambangkan uang-)
Ajeng: "Huh, setengah Rupiah saja ya?" (Tertawa kecil)

Tiba-tiba, seorang perempuan cantik, secantik aktris papan atas Korea, lewat di depan mereka. Wajahnya begitu putih dan mulus. Badannya langsing, tinggi, dan seksi. Rambutnya hitam panjang terurai. Ia kibaskan rambutnya ke kanan dan ke kiri saat melewati mereka. Seakan menyela pembicaraan mereka dan membuat Rey menganga lalu berlalu begitu saja.
Ajeng: "Woi! Melihatnya biasa saja kali, seperti baru pertama kali melihat perempuan saja seumur hidup"
Rey: "Melihat perempuan sih setiap hari, tapi yang cantiknya subhanallah seperti dia itu dan live ya baru sekali ini. Kira-kira, siapa ya namanya?"
Ajeng: "Namanya Merry. Dia memang perempuan tercantik di sekolah ini. Tidak heran kalau banyak laki-laki yang naksir sama dia tapi ada satu yang paling ambisius sampai-sampai tak ada yang berani mendekati Merry karena dia. Namanya Rifky"
Rey: Kamu tahu darimana semuanya? Terus Rifky itu siapa? Terus perasaan Merry ke Rifky bagaimana?"
Ajeng: "Aduh Rey, kalau bertanya itu satu-satu! Sudah pusing tambah pusing aku. Lagian kamu kemana saja sampai tak tahu menahu tentang mereka berdua?"
Rey: "Yasudah, aku minta maaf, aku kan masih baru disini, tapi jawablah pertanyaanku, oke?" (Tersenyum manis)
Ajeng: "Intinya, jangan main-main sama Merry deh kalau tidak mau berurusan sama Rifky. Tapi, Merry sendiri sebenarnya juga tidak mudah didekati bahkan oleh Rifky sekalipun. Waktunya banyak dihabiskan dengan baca novel. Kurang lebih begitu. Apa informasi itu cukup untukmu?" (Melotot ke arah Rey)
Rey: (Hanya mengangguk)

                                                              ***

Pulang sekolah, saat ramai di depan sekolah, Rifky mencoba mendekati Merry yang sendirian sekaligus mengajak pulang bersama.
Rifky: "Mer, daripada naik taksi, lebih baik bareng aku saja naik mobil baru aku, Range Rover. (Sambil memperlihatkan kunci mobilnya kepada Merry)
Merry: "Tidak perlu, Rif! Terima kasih.Aku lebih suka naik taksi dan aku sama sekali tak tertarik dengan mobil barumu. maaf!"
Rifky: "Nanti malam aku ingin ke rumahmu, boleh kan?"
Merry: (Tidak menjawab lalu pergi meninggalkan Rifky)

Saat Merry sudah jauh, tiba tiba, dari arah belakang, tanpa sengaja Rey menabrak Rifky.
Rey: "Aduh maaf, saya ..."
Rifky: "Saya apa? buta?" (Menatap Rey dengan muka terheran-heran) "Rey?"
Rey: "Bejo?"
Rifky: "Sssst! Jangan keras-keras! Namaku disini sekarang Rifky. Rifky Saputra. Bukan Bejo. Paham?
Rey: "Oh jadi Rifky itu Bejo, Bejo itu Rifky. Tapi, kenapa kau ganti nama?"
Rifky: "Disini Jakarta bukan di kampung kita. Nama itu terlalu kampungan. Malu! Aku lantas mengganti namaku. Kau sendiri kenapa ganti nama?"
Rey: "Apanya yang ganti nama? Sejak dulu kan namaku Rey. Pas ya? Namanya keren, orangnya keren juga" (Tertawa lirih)
Rifky: "Ah nama itu terlalu keren buat orang kampung sepertimu. Orang tuamu saja yang sok-sok-an memberikan nama"
Rey: "Maksudnya? Tapi kan ..."
Rifky: "Sudahlah, aku malas berdebat soal nama. Yang penting, namaku sekarang Rifky, inget itu!" (Pergi begitu saja)

(Bersambung)

No comments:

Post a Comment