Wednesday, October 26, 2011

SAWO episode 1

"Aaaaaaaaa! ada mayat! ada mayat!", teriak seorang wanita paruh baya yang hendak ke pasar sambil menutupi matanya dan berlari ketakutan, mendengung di telinga setiap warga yang mendengar, mengacaukan waktu tidur mereka di pagi yang masih buta di desa itu. Sontak, mereka berhamburan dari rumah menuju kebun Sawo di pinggir desa untuk mengerumuni jasad pria yang ternyata dikenali sebagai Bejo, pemabuk sekaligus penjudi di desa itu. Jasadnya masih segar. Darah yang berceceran pun belum terlalu hitam dan pekat.

Desa Sawo yang dulu tentram kini kian mencekam. Ini bukan pembunuhan yang pertama. Lima hari yang lalu, Joni, yang juga merupakan teman Bejo ditemukan tewas di kontrakannya. Salah satu warga segera menelepon polisi dan beberapa warga lainnya bergegas ke rumah Pak RT untuk melaporkan hal ini.


"Apa? Bejo mati?", teriak Pak RT dengan kagetnya. Mukanya langsung memerah. Nampak sekali raut ketakutan di rona wajahnya.
"Sudah telepon polisi?".
"Sudah pak, Anto sudah menghubunginya", ujar salah satu warga.
"Jadi, bagaimana pak? bapak mau lihat kesana?".
Pak RT diam sejenak, mungkin berpikir. Suasana mendadak hening.
"Pak?", tanyanya lagi membuyarkan suasana yang sempat hening.
"Baiklah, kalian duluan saja, nanti saya akan menyusul", jawab Pak RT.

Setelah para warga pergi dari rumahnya, dalam kebingungan yang mendera, dia segera mengeluarkan Handphone dari sakunya, mencoba menelepon seseorang sambil mondar-mandir lima langkah di depan rumahnya, berharap orang yang di telepon segera mengangkat teleponnya.
"Halo, ada berita buruk", ujar Pak RT mengawali percakapan.

                                                                            ***

Polisi tiba. Para warga yang semula ramai mengelilingi jasad Bejo segera menjauhi lokasi kejadian. Police line segera di pasang. Penyelidikan pun dimulai. Saksi mata langsung diintrogasi oleh polisi.
"Entahlah pak, saya ingin pergi ke pasar. Namun, saat saya melewati kebun itu, saya terkejut melihat mayat yang tertelungkup itu. Saya spontan berteriak dan berlarian sebelum saya tahu siapa mayat itu karna saya tak berani untuk mendekatinya", jawab Bu Minah saat ditanyai oleh salah seorang polisi.
"Rumah ibu dekat dengan lokasi?"
"Ya, sekitar 30-50 meter"
"Apa ibu mendengar sesuatu yang aneh semalam?
"Sepertinya tidak, tapi, entahlah, mungkin tidur saya semalam terlalu lelap hingga suara gaduh pun tak terdengar oleh saya"
Walau tak puas dengan jawaban sang saksi mata pertama karna tak menemukan petunjuk, ia memperbolehkan Bu Minah pulang. Ia pun lalu menemui rekannya yang sedang menyelidiki TKP.

"Sepertinya ini dilakukan oleh pembunuh yang sama, bukan begitu?", tanya Briptu Amru.
"Ya, tapi aneh, kali ini dia meninggalkan petunjuk di TKP", ujar rekannya, Briptu Adam.
"Di pembunuhan pertama, dia seperti hantu. Tak ada petunjuk. Sidik jari tak ada bahkan tak ada satupun helai rambut yang ditemukan", tambahnya lagi.
Lalu, petunjuk apa yang ia tinggalkan?"
Briptu Adam lalu memberikan sebuah kertas yang sudah sedikit lecek. Briptu Amru terkejut membaca tulisan di kertas tersebut yang diyakini ditulis dengan spidol merah.
"Dimana kau menemukan kertas ini?"
"Di saku celananya"
"Apa maksudnya?"
"Entahlah, yang pasti dia inginkan kita mengetahui suatu peristiwa"
"Mungkinkah dendam yang menjadi motif?"
"Mungkin, tapi yang pasti, dia di balik semua ini sangat profesional dan jenius".

(Bersambung)

No comments:

Post a Comment