Thursday, March 8, 2012

Untuk Bulan Yang Pudar

Blap!
Kau tiba-tiba malu
Cahayamu pudar tertutup awan
Bagai titik-titik abu-abu dalam bayang
Mencoba mengabarkanku akan datangnya pagi
Dan apakah pagi itu bisa membuat seseorang bahagia?

Aku tak tahu
Tanyakan pada matahari!
Karena aku sendiri tak pernah melihat pagi

Foto: google.com

M. Fathir Al Anfal (Maret 2012)

Sudah diterbitkan dalam Majalah Gaung Sastra Indonesia FIB UI edisi Maret 2012.

Tuesday, March 6, 2012

Status: Mencari Cinta Sejati

Cinta adalah misteri.
Menunggu untuk galau, mencari untuk bimbang.
Tak kenal waktu, tak tentu tempat.
Sesungguhnya cinta punya caranya sendiri.
Cara untuk memperkenalkan makna dirinya yang sejati.

(Pemuisi Berlevel Amatir-Makna Cinta, 2011)

foto: google.com

Cinta memang diliputi misteri. Tak ada seorang pun yang akan tahu; kapan, dimana, dan kepada siapa ia akan jatuh cinta. Bisa saja kau akan jatuh cinta kepada anak tukang pecel di perempatan jalan, esok atau lusa, ya kan? Karena memang benar, kalau cinta datang tak sengaja. Kita tak bisa menyengajakan cinta kita kepada siapapun, begitu juga menyengajakan cinta orang lain kepada kita atau lebih parahya memaksakan. 

Untuk mayoritas kaum hawa, mereka lebih suka menunggu untuk didatangi pangerannya (mungkin dengan kuda merah yang gagah). Tapi, masalahnya, menunggu terkadang membuat bosan dan dari kebosanan itulah kegalauan menyerang. Apalagi kalau menunggu sesuatu yang tak mungkin menghampiri. Rasanya bagai melakukan ketololan yang konyol.

Sementara itu, bagi kaum adam yang gagah berani, selalu ingin mencari dan mengejar. Tapi, terkadang di setiap pencarian, selalu ada dilematika yang mengantar kebimbangan sampai ke pangkal hati. Bisa saja dua atau mungkin empat wanita sekaligus menjadi kandidat hatinya. Namun, biasanya, untuk lelaki sejati bukan lelaki bertelinga kelinci, mereka lebih selektif walau memiliki banyak kandidat dan pastinya hanya akan memilih satu wanita meskipun sah-sah saja kalau dia bisa memiliki keempat-empatnya (toh rasio antara lelaki dan perempuan saat ini kan 1:9, jadi satu laki-laki bisa memiliki 9 wanita) tapi bukan berarti berhak. Karena memiliki banyak pasangan itu harus dengan persetujuan dan tentunya konsekuensi yang besar. Jadi, amannya, cukup satu saja.

Toh, baik adam ataupun hawa, yang memang pada dasarnya diciptakan berpasang-pasangan, tak perlu takut tak mendapatkan cinta sejatinya karena sesungguhnya cinta punya caranya sendiri. Ya, caranya sendiri. Bagai sebuah invisible hand, dia mampu menyatukan dua hati yang prosesnya penuh misteri. Toh, kalau sudah jodoh, dia lari ke ujung dunia pun, suatu saat nanti tetap akan kembali ke pelukanmu, kan?

                        ***

Friday, March 2, 2012

Mulia

Setiap manusia pastinya ingin hidup mulia. Namun, kata "mulia" di sini ternyata hanya berasaskan kekayaan, materi, harta, ataupun segala sesuatu lainnya yang berhubungan dengan keduniawian. Jarang sekali kita menemukan orang yang mencari kemuliaan di akhirat kelak (syukur-syukur jika mulia di dunia dan akhirat). Peluangnya mungkin satu banding sejuta. Ya, sejuta. Atau mungkin lebih.


foto: google.com

Saat hidup bagai sebuah roda, terkadang kita harus siap untuk berada di bawah bagi yang sudah di atas ataupun berada di atas setelah mati-matian bertahan hidup di bawah roda. Namun, bukan tak mungkin jika roda kehidupan kempes, sehingga tak berputar-putar. Yang di atas tetap adem ayem dan yang di bawah tetap berkucuran keringat. Tak tanggung-tanggung, kadang keringatnya pun berwarna merah alias keringat darah. Tapi, anehnya, banyak di antara mereka seakan tak merasakan sakit sampai pada waktunya, darah mereka habis di jalanan. Lalu tergeletak tak bernyawa. Mayatnya wangi namun tak tercium.

Mantan tetangga saya, sebut saja Fariz. Usianya dua puluh tahun tahun lebih muda dari umur saya yang bagai jarum jam menunjukkan angka 39 (walau angka pada jarum jam hanya sampai 12).  Pada masa kecilnya dulu dan sekitar setahun yang lalu, ia masih merupakan anak seorang pengusaha sukses. Sebelum sebuah bencana kebakaran meludeskan semua aset berharga tanpa ada sisa. Roda benar-benar telah berputar pada kasus ini. Tak kempes.

Jauh sebelum ia lahir, ayahnya adalah seorang yang gigih dan pekerja keras serta rajin beribadah. Dia tak pernah berhenti belajar serta berkarya, hingga akhirnya ia dapatkan hasilnya dengan sangat manis. Walau pada dasarnya, ayahnya ayah Fariz alias kakek Fariz adalah seorang yang sudah kaya raya tapi ayahnya Fariz tak mau hidup hanya dengan meneruskan apa yang sudah dimiliki kakeknya Fariz. Dia pribadi yang mandiri dan ingin memulainya dari nol. Dan tak berapa lama selang keberhasilan ayahnya Fariz, kakek Fariz meninggal di usia 63 tahun. Saat itu Fariz belum lahir bahkan ayahnya Fariz pun belum menikah.

Sekitar 1,5 tahun setelah kematian itu, ayahnya Fariz bertemu dengan seorang perempuan bernama Amelia. Pertemuan mereka di sebuah restaurant di Ibukota begitu sangat romantis. Singkatnya, setelah kedua-duanya mantap dengan cinta mereka, mereka menikah pada bulan September 1995 dan sejak saat itulah pasangan ini menjadi tetangga saya, hingga sebuah kebakaran di malam yang kelam, sedikit memisahkan kedekatan saya, Fariz, dan ayah serta ibunya.

                              ***