Sunday, January 8, 2012

Sendal Ini Untuk Pak Hukum


foto: google.com

Pada suatu masa, seorang pemuda berumur belasan tahun, dengan langkah yang berderap mantap,
datang ke sebuah rumah di Jalan Satu Nomor Tiga.

Ia membawa sebuah kado berbungkus kertas lusuh bergambar Burung Derabat* untuk Pak Hukum yang hari ini berulang tahun yang ke-66.

Pak Hukum makin renta. Makin buta warna. Hitam dibilang putih, putih dibilang hitam.
Makin tak bisa berbuat apa-apa. Makin bungkuk. Ditambah sakit-sakitan pula.
Otaknya mengalami Demensia**. Tikus dibilang Anjing. Anjing dibilang Kucing.
Borok-borok pun menyebar di sekujur tubuhnya. Benar-benar memprihatinkan.

Pemuda itu membuka kado yang berisikan sepasang sendal bermerk Swallow di depan mata Pak Hukum yang merem-melek.

"Sendal ini untuk Bapak." ujar si Pemuda.
"Untuk apa sendal itu, Nak?" tanya Pak Hukum.
"Untuk Bapak agar bisa terus berjalan di jalan yang penuh Beling."
"Oh, saya kira buat ditamparkan di muka saya."

Ket:
* Diangkat dari tokoh fiksi cerpen Derabat karya Budi Darma dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas 1999. Derabat dalam cerpen Budi Darma tersebut digambarkan sebagai burung yang sangat besar, sangat hitam, dan sangat jahat serta suka mencelakakan siapapun.
** Demensia adalah salah satu penyakit pada otak, di mana orang yang mengalaminya tak mampu memformulasikan ide (benda).

M. Fathir Al Anfal (2012)

No comments:

Post a Comment