Sunday, November 20, 2011

3D

Jika Bung Karno pada tahun 40-an atau 50-an pernah berkata: "Beri aku satu orang pemuda, maka akan kuguncangkan dunia!", dia, temanku, juga pernah berkata: "Beri aku satu orang wanita, maka akan kucetak 1000 gol!"

Perkataan itu dia ucapkan saat kami sedang di lapangan futsal, pastinya hendak bermain futsal. Mungkin jika tidak di lapangan futsal, kata-kata itu bisa bermakna lain, tapi bukan tak mungkin kalau itu memang mengarah ke situ. Tapi, sudahlah, lupakan saja.


Bisa dikatakan, dia adalah pecinta wanita sejati, layaknya seorang laki-laki, tapi dia bukan playboy. Bagi dia, wanita adalah semangat hidupnya. Dia selalu mempunyai kekuatan yang berlipat ganda saat banyak wanita berdiri mendukungnya, menyorakkan namanya.

Tapi, dia tak pernah bisa memilih, mungkin bisa tapi sulit, dalam hal ini adalah hal cinta. Dia tak bisa memilih antara mencintai dan dicintai. Bukan hanya dia, mungkin ini juga adalah problema kebanyakan orang, termasuk aku. Aku hanya mencoba mengambil pelajaran dari kisah temanku ini, sebut saja "Dia". Mungkin juga pelajaran untuk kamu.

Suatu ketika, secara tak sengaja, dia jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Dita, yang cantiknya luar biasa. Dia bukan satu-satunya laki-laki yang jatuh cinta kepadanya. Aku pun, jika cinta bisa disengaja, bisa saja jatuh cinta juga kepadanya. Tapi, dia tak menyerah. Layaknya laki-laki sejati dia terus melaju, mencoba meraih cinta yang dia mau itu.

Seperti kebanyakan wanita zaman sekarang, Dita adalah perempuan yang matrealisitis. Kepribadian itu memang sudah dibangun oleh keluarganya sendiri yang katanya tak ingin anak perempuannya hidup sengsara. Alhasil, motor menjadi tolak ukur alias patokannya. Kalau dia bisa mendapatkan laki-laki dengan motor yang "bagus", maka ia akan sejahtera. Bukan hanya sejahtera. Tapi, juga gengsi. Dia tak perlu malu untuk jalan dengan pacarnya kemana-mana dan bahkan bisa dipamerin jika pacarnya tampan dan bermotor bagus. Inilah contoh kenyataan hidup zaman sekarang.

Sedangkan dia, temanku, motor punya tapi bukan motor matic ataupun motor-motor keluaran terbaru. Mesinnya saja sudah banyak dibongkar. Bayangkan, dia kesulitan mendapatkan Dita hanya karena masalah motor saja. Padahal cintanya tak terbatas. Tapi Dita tak mau mengerti. Baginya, motor dan kemapanan adalah harga mati. Sial memang. Jika aku jadi dia, aku akan berkata kepada Dita: "Pacaran saja dengan motor!". Namun, dia tak pernah berkata kasar. Entah kenapa, hati temanku yang satu ini sangat lembut terhadap wanita. Susah menemukan pria seperti dirinya. Aku saja tak sanggup.

Di tengah usahanya mendapatkan Dita, muncul seorang perempuan yang bernama "Desi". Dia 180 derajat berbeda dari Dita. Sangat polos dan lugu. Desi memang tak secantik Dita, tapi dia tak mau berpikir ke arah yang realistis. Kalau aku jadi dia, aku lebih baik menerima Desi, yang jelas-jelas mencintainya. Aku hanya tinggal belajar untuk mencintainya. Wajah yang cantik dan rupawan ternyata dapat membutakan manusia walau pada dasarnya itu sangat wajar.

Ah, keburu cerita ini makin membosankan, langsung saja aku menjelaskan intinya. Dia mencintai Dita yang tak mencintainya namun dicintai Desi yang tak ia cintai. Dia, Dita, dan Desi, sebuah contoh kisah klasik yang sampai sekarang masih sering terjadi, bahkan terus berkembang.

Mencintai dan dicintai hanyalah sebuah aplikasi dari apa yang disebut cinta. Sungguh, ini adalah cerita pendek yang aneh. Aku jadi merasa tolol kali ini karena sudah menceritakan kisah yang mungkin membuat kamu menyesal sudah membaca ini.

M. Fathir Al Anfal (2011)

No comments:

Post a Comment