Monday, November 14, 2011

Puisi Yang Gagal

Bukan sekedar banyolan. Ini kisah aku yang tersudut di pojokan. Di malam jumat kliwon.

Hanya ditemani kucingku, pusy cat. Hawa dingin mulai mengetat. Suara-suara itu seakan kian dekat. Suara desah angin yang membawa ketakutan setiap saat. Aku jadi tak berkutat. Diam di tempat. Hingga penat.

Mungkin ini tak penting. Tapi, sesungguhnya, aku mulai merinding. Masih dan terus mengelus bulu-bulu kucing. Tenggorokanku jadi terasa kering. Jujur, ketakutan ini benar-benar membuatku sinting. Tangan-tangan itu ternyata hanya bayang ranting. Yang terlukis di dinding.

Tapi, tiba-tiba......
Jebrak!



Jendela itu terbuka sendiri. Mendiamkanku hingga ke tepi. Seperti orang mati. Aku terpatri. Mungkin angin, tapi aku tak tahu pasti. Aku juga tak bisa untuk tak peduli.

Tak berhenti sampai di situ!
Tok! tok! tok!


Terdengar suara ketukan pintu. Hanya ketukan pintu, tak ada suara dari luar yang bertalu. Lidahku pun mendadak kelu. Aku beranikan diri membuka meski hati ragu.

Aku buka perlahan...

Dan....

Ternyata Bang Toing, berdiri, membawa berkat seusai genduren di rumah Haji Hasan.

Tak terasa, perut ini memang sudah keroncongan.
Hanya saja, sedari tadi, ketakutan ini mengalahkan.

Ya...! Mungkin ini yang dinamakan rezeki.

M. Fathir Al Anfal (2011)

3 comments:

  1. puisimu renyah yaa...enak buat nemenin hati lagi rada gregetan juga pengen nulis-nulis...........salam kenal

    ReplyDelete
  2. salam kenal juga mawar.. saling follow yuk =)

    ReplyDelete