Sunday, December 4, 2011

Orang Gila Berpuisi Di Stasiun

Stasiun tak pernah sepi meski bara neraka telah padam.
Aku duduk menunggu rangkaian gerbong kereta
yang akan mengantarku pulang.

Orang gila berbaju merah, kumuh, dan bertopi duduk
sambil berceloteh di ujung stasiun.
Suaranya lantang seperti sedang membaca puisi kemerdekaan.
Mungkin memang benar jika ia sedang berpuisi.

Semua perhatian terpusat padanya.
Cukup menghibur aku yang lelah menunggu.


Aku terus mendengarkan walau aku tak mengerti
dengan bahasanya.
"Haya heye hoyo, huba habu hubu, ..."
Berulang-ulang kali.

Aku mencatat setiap kata yang ia ucapkan.
Terus,
terus mencatat,
dan tak ada yang terlewat.

Hingga kereta datang mengantarku pulang.

Di rumah,
Aku membuka kamus bahasa orang gila.
Perlahan-lahan namun pasti,
aku pun mengerti.

Kurang lebih beginilah artinya:
"Aku memang gila, tak beda jauh dengan orang-orang berdasi yang turun dari kereta dengan dada yang dibusungkan dan tak acuh yang keterlaluan!"

M. Fathir Al Anfal (2011)

No comments:

Post a Comment